Selasa, 28 Februari 2017

Masa Transisi

Masa dimana seorang remaja perempuan menjadi wanita dewasa.

Diusia yang bukan lagi remaja kita dituntut untuk menjadi seorang wanita yang secara emosional harus sudah cukup matang dalam berpikir, cukup dewasa dalam bertindak mengambil suatu keputusan. tetapi pada kenyataannya semua tidak semua teori yang pernah kita baca, saya rasa beberapa dari kalian merasakan yang saya rasakan. Dan disini, di tulisan yang pertama saya posting ini akan saya ceritakan masa transisi saya.

Ketika kuliah saya sangat menikmati masa itu, masa dimana bebas dalam bertindak dan berpikir, belajar lebih santai dan asyik. karena sangat menikmati waktu empat tahun sangat singkat buat saya, sehingga dengan sengaja terkesan saya menikmati memperpanjang kehidupan saya di dunia kampus sampai beberapa tahun kemudian. Finally sampai ditahap ketika kehidupan saya berubah perlahan dihadapi dengan masalah keluarga (hasil dari broken home), masalah keuangan jika dulu materi adalah yang mudah untuk saya dapatkan perlahan berubah, perubahan lingkungan sosial pertemanan.

Kita tidak pernah bisa memilih untuk lahir dikeluarga seperti apa, bagaimanapun kondisi keluarga kita akan selalu kembali pulang untuk menemukan kenyamanan. Anak dari produk broken home tidak selalu buruk, itu yang saya tau dan itu yang saya tanamkan ke diri saya. masih saya ingat saat itu usia saya 18 tahun disaat orang tua saya mulai bertengkar hingga akhirnya berpisah dibeberapa tahun kemudian. saya tidak mengatakan saya selalu baik-baik saja dalam kondisi ini, marah, sedih, kecewa, semua saya rasakan. tapi semua berhasil saya lewati dengan menanamkan ke diri saya, yang gagal berumah tangga adalah mereka (orang tua saya) bukan saya untuk itu saya tidak boleh dengan sengaja menjadi orang gagal dengan alasan saya adalah produk broken home. dari sekian banyak kenakalan yang saya lakukan, belajar tetap menjadi pelampiasan utama saya disaat rasa kecewa itu muncul karena dengan belajar saya harus fokus dan secara otomatis saya sedikit melupakan rasa kecewa itu. dan perlahan saya bisa menerima semuanya, saat itu didalam kelas Psikologi Perkembangan (saya adalah mahasiswi Psikologi) dosen saya mengatakan "Orangtua bukanlah malaikat seperti yang kalian anggap selama ini, mereka manusia bisa yang bisa salah, bisa gagal, mereka tidak sempurna jadi pahami dan maafkanlah" kata-kata ini seperti memberitahu saya bahwa iya mereka bukan malaikat, mereka tidak sempurna, mereka gagal dalam pernikahan yang mereka bangun selama puluhan tahun tetapi mereka tidak gagal menjadi orang tua untuk saya dan saudara-saudara saya, mereka mengajarkan kami dari sebuah ketidak sempurnaan yang menjadikan kami lebih bisa berpikir terbuka dan melihat dari sudut pandang lain. Masalah Keluarga lah yang berperan menjadikan saya dari seorang remaja perempuan menjadi wanita dengan cara yang unik dan cerita indah di akhirnya.

Masalah keuangan merupakan hasil peranakan dari masalah keluarga yang harus saya jalani, semua yang mengenal saya tau pada awalnya semua yang saya miliki saya dapatkan dengan mudah. Materi yang diberikan orangtua saya sangat cukup bahkan sangat berlebihan, bukan cuma kebutuhan semua keinginan saya bisa saya penuhi. Selama masa sekolah & kuliah saya jalani seperti kehidupan remaja perempuan lainnya yang cenderung hura-hura tanpa memikirkan nabung, hingga perlahan semua berubah di masa akhir-akhir masa kuliah saya semua materi dulu ada perlahan pergi meninggalkan saya dan keluarga, perlahan tapi pasti. Pada titik ini saya merasa, Tuhan tidak kah cukup semua hukuman & cobaan yang selama ini saya jalani? Kenapa Tuhan engkau ambil semua milikku, aku tidak siap untuk kehilangan semua fasilitas yang selama ini aku dapatkan. Tapi kenyataan tetap harus dijalanin, kenyataan harus diterima. Ketika saldo di rekening mulai berkurang, ketika kendaraan pribadi harus direlakan. Kalau mereka tanya bagaimana perasaan saya saat itu jawabannya cuma satu, saya sedih. tapi tidak dari mereka semua tau, karena saya cukup pandai bersandiwara menutupi kondisi saya saat itu. Saat itu ketika saya sudah bisa baca situasi ekonomi keluarga saya, walaupun belum kehilangan semuanya saya mencoba untuk mulai berbisnis kecil-kecil dari hasil kreatifitas saya sendiri, buat berbagai macam aksesoris dan menjualnya dari teman ke teman hingga bazar. Awalnya semua berjalan lancar tetapi saya belum bisa merubah kebiasaan boros saya sehingga uang yang dihasilkan cepat juga hilangnya. Saya kembali memutar otak untuk mulai melamar kerja, saya tau saya hanya berbekal nilai Ipk sementara dan pengetahuan tentang alat psikologi beberapa saja, tapi mulai dari titik masalah ekonomi ini menjadikan saya untuk nekat, untuk berani mengambil peluang, dan belajar gila saja, pede selangit saja. "Saya pasti bisa, selama saya mau berusaha" dan di tahun 2012 saya mulai melamar pekerjaan ke beberapa perusahaan untuk posisi HR staff baik itu untuk bagian recruitment, payroll, legal, ga, traning, semua saya lamar modal nekat. Beberapa hari setelah saya melamar langsung ada panggilan, di perusahaan pertama ditolak, perusahaan kedua interview langsung keterima dan kerja satu minggu lagi. Nah kan benar semua modal nekat dan pede saja, kalau beberapa orang lulusan yang sudah pegang ijazah S1 nya saja masih mencari pekerjaan kesana kemari, saya yang masih sarjana abu-abu pada saat itu bisa melamar kerja dan langsung keterima. Awal kerja butuh adaptasi karena dunia kerja berbeda dengan dunia kuliah, disini tanggung jawab dituntut sekali, walaupun awalnya berat dan dijalani dengan drama sakit-sakitan sampai kurus, drama naik kendaraan umum sempit-sempitan sampai nangis, drama kerjaan yang berat (didemo karyawan, masalah industrial, dll) tetapi saya tetap bertahan karena saya butuh uang untuk melanjutkan kehidupan saya saat itu, masalah keuangan inilah yang menjadikan saya dari seorang remaja perempuan yang bisanya hura-hura menjadi seorang wanita yang menghargai selembar uang yang didapat dari hasil kerja keras.

Dan yang terakhir perubahan lingkungan sosial pertemanan, ketika kondisi keuangan saya masih ok semua teman terlihat baik semua, terlihat care semua, terlihat setia kawan semua. Pada saat itu saya terlalu polos untuk berbaik hati pada semua teman, karena pada saat saya perlahan jatuh dan sampai pada titik paling menyedihkan mereka semua tidak ada, hanya ada beberapa teman bahkan teman yang cenderung awalnya tidak dekat dengan saya. mereka menjauh, mereka bergosip dibelakang saya, mereka palsu. Awalnya saya benci diperlakukan seperti itu, tapi pada akhirnya saya menjadi tau siapa mereka dan mereka harus tau siapa saya, saya tidak akan menunjukan air mata saya ketika mereka pergi, tidak akan menunjukan bahwa saya kehilangan mereka tapi saya akan tunjukan saya baik-baik saja dalam kondisi seperti ini. Pada akhirnya saya menjadi terbiasa untuk menunjukan kepada mereka bahkan semua orang kalau hidup saya bahagia, dan baik-baik saja karena semua masalah yang saya jalani menjadikan saya kebal dengan semuanya. kehilangan teman hanya sebagian kecil dari rasa kecewa saya, karena akan ada teman lain yang jauh lebih nyata dan tulus hingga detik ini.

Pada akhirnya semua itu menjadikan masa transisi ini sebuah cerita indah untuk dikemas, semua hal yang menyakitkan itu melahirkan seorang wanita dengan pola pikir yang matang, menerima kondisi seperti apapun, mengambil hal positif dari semua kejadian, menjadi pemaaf untuk semua hal, untuk semua orang yang berperan menyakiti. Semua perempuan akan menjadi wanita, akan menjadi tua tetapi tidak semua akan menjadi dewasa sesuai dengan usianya. Karena disaat saya sudah sampai pada level ini, mereka yang saya kenal usianya sama dengan saya bahkan lebih tua dari saya belum sampai di level ini, mereka masih sibuk meributkan apa yang orang lain kerjakan, mereka masih sibuk dengan hasil yang orang lain dapatkan, mereka masih bergalau menjalani hari ini, mereka dengan masa depan yang masih mereka raba, mereka yang masih merapikan kehidupan cintanya, pernikahannya, dan semuanya. Teman roda itu berputar, perlahan tapi pasti, sekarang lihatlah aku dengan semua yang aku miliki di usia 28 tahun, karir aku dapatkan, kehidupan pernikahan aku dapatkan, suami yang menyayangiku, yang memperjuangkan ku selama lima tahun, dan kini sudah hampir dua tahun menjadi partner hidup selamanya, anak yang sehat dan lucu yang selalu menjadi alasan untuk aku menjadi lebih baik dalam segala hal, orangtua & keluarga yang tidak sempurna yang selalu ada untuk menjaga, melindungi, dan memberikan semua yang tersisa untukku. Terimakasih untuk semua teman, semua orang yang berperan menyakiti saya di masa lalu karena kalian lahirlah saya wanita yang kuat.


Btw, masih sibuk meraba masa depan ya? kalau saya sih sedangkan menjalaninya.